(dari blog orang lain)
Orkestra Kehidupan
Ketika Barack Obama menempuh pendidikan sekolah dasar di Indonesia 40-an tahun lalu, orang-orang Amerika di sana, jika ada yang memperhatikan, mungkin menganggap pendidikan itu tak akan begitu berarti bagi perkembangannya kelak. Saat itu Indonesia belum semaju sekarang dan pendidikannya pun belum seberkembang sekarang. Obama yang adalah anak seorang ekspatriat pun harus bersekolah di sekolah lokal sehingga standar pendidikannya mungkin tak setara dengan pendidikan di negara asalnya, Amerika Serikat.
Jika melihat sukses Obama yang saat ini menjadi Presiden Amerika Serikat, sepenggal kisah itu seperti nada sumbang yang terpental dari simphony kehidupannya. Namun seperti kita dengar dari ungkapan Obama ketika memberikan kuliah umumnya di Universitas Indonesia (UI) pada 10 November 2010 lalu, pengalamannya di Indonesia sangat berarti dalam hidupnya.
"Karena Indonesia terdiri dari ribuan pulau, ratusan bahasa, dan orang-orang dari berbagai daerah dan suku, periode saya tinggal di negeri ini melapangkan jalan bagi saya menghargai kemanusiaan," kata Obama. Pengalaman Obama yang "tak menguntungkan" itu ternyata jika diasah dan dipahami maknanya bisa menjadi kekuatannya di kemudian hari.
Kita juga sering melihat atau mengalami sendiri, begitu banyak kejadian yang tak menguntungkan yang kerap kali kita anggap sebagai nada sumbang. Namun jika dipahami, ditelaah, dan dikembangkan, semua itu bisa menjadi satu bagian penting dari kesuksesan kita di kemudian hari. Ia ibarat satu instrumen musik yang belum terasah dan jika melatihnya terus-menerus kelak bisa menjadi bagian penting dari satu orkestra kehidupan kita.
referensi
http://id.shvoong.com/humanities/2075150-orkestra-kehidupan/
No comments:
Post a Comment